Perbedaan QRIS Statis dan Dinamis: Mana yang Terbaik untuk Usahamu?

Table of Contents

Perbedaan QRIS statis dan dinamis untuk usaha kecil dan UMKM, ilustrasi isometrik.
Pertama kali aku pasang QRIS di konter kecilku, jujur aku pikir semua QR itu sama saja. Scan → bayar → selesai. Nyatanya, setelah beberapa minggu, aku baru ngeh ada dua model yang beda cara kerja: QRIS statis dan QRIS dinamis. Perbedaannya bukan cuma teknis; efeknya kerasa banget ke antrean kasir, risiko salah nominal, sampai pengalaman pelanggan. Di tulisan ini aku ceritain bedanya secara praktis, plus kesalahan yang pernah kulakuin (biar kamu nggak ikut nyemplung), dan akhirnya—cara milih yang paling pas buat bisnismu.

Tujuan artikel ini simpel: kamu bisa memutuskan dengan yakin mau pakai QRIS statis atau dinamis setelah paham alur, biaya, kecepatan, dan risikonya. Gaya bahasanya santai, tapi isinya padat dan langsung bisa dieksekusi. Gas!

Apa Itu QRIS Statis?

QRIS statis adalah kode QR yang dicetak dan dipajang. Pelanggan mengisi nominal secara manual setelah scan. Satu kode bisa dipakai berkali-kali untuk semua transaksi, selama akunnya sama.

  • Cocok untuk: warung, booth bazar, jasa lepas (barber, cuci motor), atau usaha dengan harga yang sering berubah-ubah.
  • Contoh alur: pelanggan scan → ketik angka → konfirmasi → bayar.

Kelebihan QRIS Statis

  • Biaya awal minim (cukup cetak QR).
  • Setup super cepat—hampir nggak butuh perangkat tambahan.
  • Fleksibel untuk nominal yang variatif.

Kekurangan QRIS Statis

  • Risiko human error: pelanggan salah ketik (kurang/lebih).
  • Butuh ketelitian ekstra di jam ramai (antrian bisa melambat).
  • Pencatatan sering tidak otomatis masuk ke sistem kasir.

Apa Itu QRIS Dinamis?

QRIS dinamis adalah kode QR yang dibuat real-time oleh aplikasi kasir/merchant untuk setiap transaksi. Nominal otomatis terisi sesuai tagihan. Kodenya biasanya muncul di layar HP kasir, tablet POS, atau struk digital.

  • Cocok untuk: minimarket, kafe/restaurant, klinik, atau usaha dengan volume transaksi tinggi dan harga yang jelas.
  • Contoh alur: kasir input harga → QR muncul → pelanggan scan → bayar (tanpa ketik nominal).

Kelebihan QRIS Dinamis

  • Hampir nol risiko salah nominal (harga sudah “terkunci”).
  • Proses cepat → antrian lebih lancar, pelanggan happy.
  • Biasanya sinkron dengan POS, memudahkan rekonsiliasi & laporan harian.

Kekurangan QRIS Dinamis

  • Butuh perangkat/aplikasi kasir (biaya langganan bisa ada).
  • Ketergantungan pada koneksi & device (kalau ngadat, operasional ikut lambat).

Perbedaan Utama: Tabel Singkat

Lihat perbandingan ringkas di bawah. Ini biasanya jadi bahan pertimbangan final waktu aku bantu teman-teman UMKM memilih.

Aspek QRIS Statis QRIS Dinamis
Input Nominal Manual oleh pelanggan Otomatis dari sistem
Kecepatan Antrian Relatif lebih lambat Lebih cepat & rapi
Risiko Salah Lebih tinggi (salah ketik) Sangat rendah
Biaya Awal Sangat minim (print QR) Perangkat/aplikasi tambahan
Integrasi POS Biasanya manual Umumnya otomatis
Kebutuhan Internet Dasar (pelanggan & merchant) Stabil (untuk POS & generate QR)

Pengalaman Pribadi (dan Sedikit Blunder)

Ilustrasi alur pembayaran QRIS statis vs dinamis: pelanggan input nominal vs nominal otomatis dari POS

Di awal aku pakai QRIS statis. Murah dan cepat dipasang, tapi di jam makan siang ada dua pelanggan yang salah input—satu kurang, satu kelebihan. Yang kurang harus tambah transfer (makan waktu), yang lebih minta refund (butuh pencatatan). Setelah pindah ke QRIS dinamis via aplikasi POS, nominal langsung terkunci, struk tercetak, dan kasir tinggal cek status—jujur antrean jadi jauh lebih rapi. Kekurangannya ya biaya langganan POS per bulan, tapi ketutup dengan throughput & akurasi.

Checklist Memilih QRIS yang Tepat

  • Volume transaksi harian: kalau tinggi, dinamis menghemat menit berharga.
  • Variasi harga: kalau sering berubah, statis bisa fleksibel; dinamis tetap ok selama POS mudah input.
  • Anggaran: mulai dari statis (nyaris gratis), naik kelas ke dinamis saat trafik & kebutuhan laporan meningkat.
  • Laporan & rekonsiliasi: bila kamu butuh laporan rapi untuk pembukuan, dinamis + POS menang telak.
  • SDM kasir: tim baru cenderung lebih minim salah dengan dinamis.

Praktik Terbaik agar Transaksi Mulus

  • Pastikan koneksi stabil (merchant & pelanggan) sebelum scan.
  • Pasang petunjuk singkat di kasir: “Scan → Cek Nama Merchant → Cek Nominal → Bayar”.
  • Aktifkan notifikasi pembayaran masuk di perangkat kasir (hindari double charge karena refresh lambat).
  • Selalu simpan bukti transaksi—screenshot/struk digital memudahkan komplain/refund.
  • Lakukan rekonsiliasi harian (terutama jika masih pakai statis & input manual).

FAQ Singkat

Q: Apakah biaya MDR/fee berbeda antara statis dan dinamis?
A: Umumnya ditentukan penyelenggara & kategori transaksi. Cek kebijakan penyedia jasamu; perbedaan lebih ke perangkat & alur, bukan murni ke MDR.

Q: Apakah QRIS dinamis wajib punya mesin POS mahal?
A: Tidak selalu. Banyak aplikasi merchant berbasis smartphone/tablet yang bisa generate QR dinamis tanpa mesin khusus.

Q: Bisa campur? Satu usaha pakai statis dan dinamis sekaligus?
A: Bisa. Beberapa merchant menaruh statis sebagai cadangan saat POS bermasalah.

Kesimpulan: Pilih Sesuai Tujuan Bisnis

Kalau prioritasmu hemat biaya awal dan fleksibel, QRIS statis sudah sangat memadai. Namun bila kamu mengejar kecepatan antrean, akurasi nominal, dan laporan penjualan rapi, QRIS dinamis lebih unggul. Aku pribadi memakai dinamis untuk outlet utama, dan menyimpan print QR statis sebagai backup—praktis kalau tiba-tiba koneksi POS ngadat.

Intinya, tidak ada yang “paling benar” untuk semua kasus. Ada konteks dan angka-angka operasional yang perlu kamu timbang. Coba mulai dari statis, ukur kebutuhan, lalu naik kelas ke dinamis saat trafik dan kebutuhan akuntansi menuntut. Yang penting: pelanggan lancar bayar, kamu lancar membukukan. Win–win.

Posting Komentar